Yang paling mengejutkan adalah pemecatan terhadap Alfred Riedl. Para pemain anggota timnas Indonesia pun tak kuasa menyembunyikan keterkejutan mereka.
"Saya kaget karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan mengenai hal ini. Kami tentu merasa sangat kehilangan. Hubungan coach Alfred dengan pemain selama ini sangat bagus. Kami sangat kompak," ungkap Firman Utina, kapten timnas Indonesia.
Setidaknya, apa yang diungkapkan Firman mewakili perasaan pemain, dan mungkin juga pendukung timnas Indonesia pada umumnya. Bagaimana tidak, jelang melawan Turkmenistan di Pra-Piala Dunia 2014, timnas Indonesia dipaksa untuk beradaptasi dengan pelatih baru, Wim Gerardus Rijsbergen.
"Ini penyegaran. Tidak ada pro sana pro sini," begitu pembelaan Djohan Arifin Husein mengenai keputusan pemecatan Riedl.
Tak hanya Riedl yang dilengserkan, tapi juga tim pelatih. Yaitu Wolfgang Pikal, Widodo C. Putro, dan Edi Harto. PSSI juga mengganti posisi manajer timnas dari Iman Arif ke Ferry Kodrat. Ferry saat ini masih tercatat sebagai CEO Persibo Bojonegoro yang juga berlaga di LPI.
Lalu yang jadi pertanyaan, apakah keputusan PSSI itu akan berimbas positif untuk prestasi timnas ke depan, setidaknya dalam jangka pendek?
Sedikit melihat ke belakang, wacana untuk memecat Riedl sudah berkembang sejak Kongres PSSI bergulir. Indikasi yang muncul pun banyak terungkap ke publik.
Mulai dari keputusan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas yang mengangkat Rahmad Darmawan sebagai pelatih kepala timnas U-23. Padahal pelatih asal Austria itu masih terikat kontrak dengan PSSI untuk menangani timnas senior dan timnas U-23 hingga 2012.
Hasil Kongres PSSI di Solo juga sedikit banyak memiliki pengaruh besar atas pemecatan Riedl. Djohar Arifin Husein mengungkapkan jika dirinya akan melakukan perubahan di tubuh timnas Indonesia. Dan memang terbukti, Riedl dipecat kemarin.
Keputusan tersebut sedikit berbeda dengan pernyataan Djohar saat pertama kali berkantor di Senayan.
"Manajer timnas tetap Iman Arif, pelatih kepala tetap Alfred Riedl," ujar Djohar pada hari Senin.
Filosofi apa saja bisa terjadi di sepakbola dibuktikan di sini. Djohan Arifin mengungkapkan pemecatan dilakukan karena masalah kontrak yang cacat. Menurutnya, hasil pemeriksaan kepengurusan PSSI terbaru, Riedl hanya dikontrak dengan kontrak personal, bukan dengan institusi.
"Persetujuan kontrak Riedl dengan Nirwan Dermawan Bakrie, jadi buat saya susah," ungkap Bob Hippy, anggota Komite Eksekutif PSSI.
Tapi hal tersebut dibantah Riedl dan pihaknya akan melaporkan ke FIFA seputar masalah ini.
"Kontrak saya bersama PSSI, dan tentu saja itu resmi. Kesepakatan dilakukan dengan BTN. Kami akan mereview kembali masalah kontrak dan akan melaporkannya ke FIFA," tandas Riedl kepada GOAL.com Indonesia.
Nugraha Besoes, mantan sekjen PSSI, juga membenarkan jika Riedl dikontrak secara profesional oleh institusi PSSI, bukan perseorangan.
"Kontraknya semua ada di file PSSI. Soalnya mereka belum tanyakan secara cermat sudah komentar duluan. Kontrak Riedl resmi dengan PSSI mulai tanggal 7 Mei 2010 sampai dengan 6 Mei 2012. Ditandatangani tanggal 14 Mei 2010, setelah Riedl datang dari Austria, bersamaan dengan kontrak dari Wolfgang Pical, asisten pelatih, rinciannya lengkap," demikian keterangan dari Nugraha Besoes.
Ketika dikroscek mengenai masalah ini, Djohar Arifin malah terkesan lepas tangan dan tidak mau tahu.
"Kami tidak mau mengomentari masalah ini karena itu sudah menyangkut ranah hukum," sahut Djohar pada wartawan di markas PSSI, Senayan, Jakarta, Kamis (14/7) sore WIB.
Situasi ini pun membuat citra PSSI tidak lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya ada kesan carut marut dan miskomunikasi antarpihak. Koordinasi antarlini juga tidak terlihat, yang memungkinkan adanya kesalahan dalam penyusunan dan pencarian data.
Riedl sendiri juga merasa ada yang aneh dengan pemecatan dirinya. Dia menilai ada kesan untuk membersihkan PSSI dari kepengurusan lama, tapi dengan tidak memerhatikan profesionalisme dan lebih mengedepankan pertimbangan politik.
"Bagi saya, ini adalah sport political decision (keputusan politik dalam olahraga). Sekarang partai biru masuk di PSSI dan kuning keluar. Sedangkan saya dianggap bekerja untuk kelompok kuning, dan semua kelompok kuning keluar. Itu sebabnya saya mengatakan ini sebagai sport political decision. Hal seperti ini tidak pernah terjadi di Eropa. Sebab, meskipun terjadi pergantian pengurus dan pelatih tidak ada masalah, Anda seharusnya tidak perlu menggantinya dengan pelatih lain," tutup Riedl.
Benarkah demikian? Jika memang demikian, apakah kita masih bisa melihat masa depan yang cerah di sepakbola Indonesia? Di sini, PSSI memegang peranan penting dan mereka sudah mengawali dengan cara mereka sendiri. Hasilnya masih harus kita tunggu beberapa waktu lagi.
Tapi, bagi Anda pembaca GOAL.com Indonesia, pasti memiliki penilaian tersendiri mengenai kerja PSSI dalam empat hari ini, dan sejumlah keputusan yang sudah dihasilkan. Bagaimana pandangan Anda mengenai PSSI dengan gerbong baru dan Djohar Arifin Husein sebagai masinisnya?
Sampaikan kepada kami dengan mengisi kolom pendapat yang ada di bawah ini. Dan jangan lupa untuk ikut dalam poling kami mengenai PSSI di bawah ini.
Welcome to my blog, Thanks for visiting and reading.
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar
Pengunjung Yang Baik Adalah Pengunjung yang Berkomentar Dengan Kata-kata Yang Baik Dan Sopan...
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG..!